Tongin Fangin Jitjong, Wujud Kerukunan Masyarakat Bangka Saat Imlek
Bangka Belitung selalu memiliki cara unik dalam merayakan keberagaman. Setiap tahun, perayaan Tahun Baru Imlek bukan sekadar tradisi bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga menjadi simbol kuatnya toleransi antarumat beragama dan etnis di negeri Serumpun Sebalai.
Di provinsi yang dikenal dengan kerukunan warganya ini, Imlek dirayakan bersama oleh masyarakat dari berbagai latar belakang. Warga berbondong-bondong bersilaturahmi ke rumah-rumah yang merayakan, duduk bersama, bercengkerama, menikmati hidangan khas Imlek, serta larut dalam sukacita tanpa melihat perbedaan suku, budaya, maupun agama.
Toleransi di Bangka Belitung telah mengakar sejak lama, tercermin dalam falsafah lokal Fangin Tongin Jit Jong yang berarti “semua sama, tak ada perbedaan”. Ungkapan ini bukan sekadar kata-kata, melainkan prinsip hidup masyarakat setempat.
Salah satu warga, Andi Kusuma, yang turut merayakan Imlek, bahkan menyiapkan ketupat di rumahnya sebagai simbol keberagaman budaya.
“Kalau kita bicara ketupat, biasanya ada pada momen perayaan Idulfitri. Jadi suasana Lebaran juga ada di perayaan Imlek,” ujar Andi, Rabu (29/1/2025).
Selain hidangan khas, tradisi bagi-bagi angpau dalam amplop merah untuk anak-anak juga tetap lestari. Semua ikut larut dalam euforia Imlek, mempererat hubungan tanpa batasan agama maupun etnis.
“Diharapkan momen Imlek di Bangka Belitung seperti ini tetap lestari, demi mencapai persatuan dan kesatuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara,” tambah Andi.
Semangat kebersamaan dalam perayaan Imlek di Bangka Belitung menjadi bukti nyata bahwa keberagaman bukan untuk memecah, melainkan menyatukan. (tvribabel.com/rizaldo)